Saling menghormati (doc. pribadi) |
Dalam kultur Islam kita mengenal sebuah kegiatan untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad, shollahu’alaihiwasallam (Mauludan). Didalamnya terdapat sebuah penghormatan kepada Rosulullah yang biasa kita sebut Mahallul Qiyam atau masyarakat di Jawa sering menyebutnya Serakalan. Tujuannya adalah kita menghormati kehadiran beliau, yang kita yakini beliau sedang hadir di tengah-tengah kita.
Rosulullah telah menyuruh kita untuk selalu memulyakan orang yang memiliki keutamaan (dalam Agama) dan sangat tidak menyukai orang yang ingin selalu dihormati oleh orang lain. Beliau Rosul memberi isyarat kepada orang yang selalu ingin dihormati orang lain dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan At-Tirmidzi:
أَحَبَّ مَنْ أَنْ يَتَمَثَّلَ النَّاسَ بَيْنَ يَدَيْهِ قِيَامًا فَلْيَتَبَوَّأَ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Artinya: “Barangsiapa orang yang selalu ingin di hormati orang ketika di depannya, maka dia telah menyiapkan tempat duduknya di neraka”
Dalam suatu riwayat lain, diceritakan beliau Nabi melarang para Sahabat untuk berdiri ketika beliau datang ataupun lewat di tengah-tengah mereka. Namun pada suatu hari ada seorang Sahabat yang Bernama Sahabat Hasan Rodliyallahu’anhu, yang memberanikan diri untuk berdiri ketika Nabi lewat, sembari mendendangkan sebuah Sya’ir:
قِيَامِى لِلْعَزِيْزِ عَلَىَّ فَرْضُ وَتَرْكُ الْفَرْضِ مَاهُوَ مُسْتَقِيْمُ
عَجَبْتُ لِمَنْ لَهُ عَقْلٌ وَفَهْمٌ يَرَى هَذَا الْجَمَالَ وَلاَيَقُـــوْمَ
Artinya:“ Berdirinya saya untuk orang yang mulya, dan menurut saya itu adalah wajib #Dan meninggalkan suatu perkara yang wajib apakah itu benar? ”“ Saya heran kepada orang yang memiliki akal dan kefahaman #Dengan meninggalkan orang itu dari kebaikan ini dan tidak mau berdiri “
Dan pada saat itu Nabi tidak melarang apa yang dilakukan oleh Sahabat Hasan tersebut. Ini melahirkan sebuah dalil Taqririyyah “Menjaga Adab (Tata Krama) itu lebih baik daripada menuruti perintah.
Selain hormat dengan berdiri, hal serupa yang sering kita lakukan adalah mencium tangan seseorang untuk menghormati orang tersebut, dalam sebuah hadits kita disunnahkan untuk mencium tangan seseorang yang memiliki kedudukan dalam agama seperti kepada orang yang ‘alim dan zuhud. Namun dimakruhkan untuk mencium tangan kepada orang yang memiliki pangkat di dunia seperti kekuasaan dan kedudukan. –Wallahu A’lam-
Sumber:
الفرائد السَنيّة ص: ٦
Posting Komentar Blogger Facebook