Bismillahirrohmanirrohim.
Pertengahan ramadan menjadi agenda rutin tak resmi bagi angkatan saya di ma'had untuk mengadakan Idaroh, semacam mengunjungi rumah salah satu anggota untuk silaturrahim dg mengadakan khataman dan rekreasi di sekitar kediaman sang tuan rumah.
Ramadan 1439 kali ini mengunjungi Jawa Timur dengan destinasi utama pada 3 tempat, yakni Pasuruan, Malang, dan Surabaya. 3 hari lamanya kami berpindah-pindah untuk sahur, berbuka, dan khataman. Menapakkan jejak para santri Kudus di tanah Timur Jawa.
Kunjungan utama kami di Jawa Timur adalah menaiki puncak Bromo, salah satu gunung yang berada dalam pegunungan Semeru, Probolinggo Jawa Timur. Tengah malam Sehabis berbuka puasa, khataman dan tarawih di Pasuruan kami menaiki 5 jip untuk melakukan perjalanan menuju puncak Bromo.
Perlu waktu sekitar satu jam dari tempat bis kami berhenti untuk mencapai puncak. Sebelum waktu subuh kami telah sampai, tak seperti bayangan kami jika naik saat ramadan pengunjung akan sepi, ternyata tempat pemantauan matahari terbit telah penuh diisi pengunjung dalam maupun luar negeri.
Sholat subuh terlebih dahulu kamis laksanakan di musholla terdekat. Ufuk Timur menjadi kiblat pantauan. Garis Ufuk membentang merekahkan warna orange dengan hitam pekat yang masih membungkus angkasa. Bersyukur menjadi saksi akan ke-Mahahebatan-an Allah dalam mengatur rotasi dan revolusi jagad melalui terbitnya matahari.
Selanjutnya, setelah angkasa mulai tak sungkan mewarnai dirinya, tampaklah barisan pegunungan tertinggi Jawa, Pegunungan Semeru di bagian selatan. Riuh redam para pengunjung menikmati pesona alam ini dengan caranya masing-masing.
Berbagai macam warna kulit memenuhi tempat ini, dengan tujuan sama, melihat keindahan ciptaan Allah berupa alam yang memesona mata. Tak ada generalisasi suku, ras, agama, dan lainnya. Kedamaian itu ada, kami mampu memahami satu sama lain meski terdapat sekat bahasa dan adat.
Selamat menjadi makhluk Tuhan yang mampu bersyukur akan ke-Mahaindahan-Nya melalui Gunung Bromo, sebagai tempat berpijak merangkai cita dalam keberagam manusia.
(Na'im / Gunung Bromo dalam sebuah catatan di pertengahan Ramadan 1439)