Muhammad Ainun Na'im -
Dalam sejarah keislaman di Nusantara (Khususnya Jawa) peradaban keislaman dimulai semenjak era Walisongo. Walaupun sebelum era itu sudah ada individu beragama Islam yang singgah maupun menetap, namun belum sampai pada fase Islamisasi nusantara. Peradaban, keilmuan, budaya, falsafah dan seluk beluknya telah direformasi oleh Walisongo untuk menjadikan tanah nusantara sebagai Darusaalam.
Namun sayangnya, era setelah Walisongo (yang hidup sekitar abad ke-16) harus dilanjutkan oleh masa kolonialisme Belanda yang tentu saja mereka ingin menghilangkan ketersambungan keilmuan Walisongo dengan masyarakat Islam setelahnya. Oleh karenanya, terjadi stagnasi keislaman pasca-Walisongo. Masyarakat yang baru saja belajar Islam tidak bisa mendalami secara mendalam agamanya. Dan hasilnya, sanad keilmuan ulama nusantara di era sekarang tak ada yang melalui jalur Walisongo.
Baru di akhir abad ke-19 KH. Kholil Bangkalan menjadi 'mujaddid' tanah Jawa dengan memboyong keilmuan Hijaz ke nusantara (Jawa-Madura). Dari beliaulah sanad keilmuan nusantara dimulai kembali. Murid beliau tidak banyak, hanya beberapa, seperti KH. Hasyim Asy’ari yang nantinya menjadi kiblat ilmu hadis nusantara, KH. As'ad Syamsul Arifin yang nantinya menjadi kiblat Ushul Fiqih nusantara, KH. Abdul Karim Lirboyo, KH. Munawwir Jogja, KH. Wahab Hasbullah, KH. Bisri Sansuri, KH. Bisri Musthofa, dan masih banyak lagi.
Dari KH. Munawwir Jogja inilah al-Qur'an dan qiro'at yang menjadi ruh Islam menyebar luas ke nusantara yang nantinya dilanjutkan oleh murid-murid beliau yang di antaranya Mbah KH. M. Arwani Amin shohibul Faidhul Barokat.
Keilmuan Islam di Nusantara tumbuh subur pada awal abad 20 hingga hari ini. Berbagai fan ilmu dipelajari, diajarkan, dan dikembangkan oleh guru-guru yang bersanad sampai Rasulullah, sehingga keilmuan di Nusantara bisa sejajar dengan jazirah Arab (Hijaz, Syam, Yaman, Dst), dan Islam Barat -Maghribi- (Maroko, Tunisia, Andalus, Dst).
Pada akhirnya, Islam ini masih dan akan terus dijaga oleh Allah dengan cara-Nya. Seberapapun kuat manusia berusaha memutus keislaman di Nusantara, akan selalu ada seleksi ilahiyah, alamiah, dan ilmiah pada hamba-hamba terpilih-Nya.
Bersyukurlah kita, yang keilmuan dan keislaman kita bersanad kepada baginda Nabi, dari guru-guru kita, Abuya-Abah, Mbah Arwani, Mbah Munawwir, Mbah Hafs, Mbah 'Ashim, Mbah Abdurrahman as-Sulami, Dst.
Teruslah belajar, karena hal itu adalah perintah Allah, dan harapan Rasulullah.
الإِسْنَادُ مِنَ الدِّينِ وَلَوْلاَ الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ .
Peringatan Haul Mbah KH. Arwani Amin Kudus Ke-28 dan masyayikh Pondok Tahfidh Yanbu'ul Qur'an Kudus Tahun 1443 H.
Posting Komentar Blogger Facebook
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.